Astaghfirullah... Sadisnya Pembantaian Terhadap Muslim Burma Oleh Penganut Budha Myanmar

Alam Islam, Burma - Global Islamic Media Front (GIMF) atau Front Media Islam Global merilis terjemahan bahasa indonesia tentang analisa khusus mengenai kaum Muslimin di Burma dan situasi terkini di Arakan, yang berjudul “Pembantaian Terhadap Muslim Burma Telah Menyebar ke Kota Lainnya dan Situasi Terkini dari Arakan”. Berikut pembahasannya:
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang
Selebaran Anti-Islam dan pamflet Anti-Islam telah disebarkan di seluruh Burma sejak eskalasi kekerasan di Arakan dimulai pada bulan Juni tahun lalu (2012). Selama rentang waktu dari tanggal 20 Maret 2013 – 28 Maret 2013, sebanyak 28 masjid telah dibakar dan ribuan rumah dihancurkan oleh kaum kafir Buddha. Tanpa terkecuali, kekerasan dilakukan secara besar-besaran oleh masyarakat Buddha terhadap keluarga Muslim dan komunitasnya, termasuk anak-anak dan bayi mereka. Serangan dimulai di daerah Meikhtila, yang merupakan tempat komunitas Muslim telah lama tinggal dan mentap, kemudian kerusuhan menyebar ke kota-kota lain di divisi Mandalay dan divisi Pegu Barat. Sebanyak 13 kota telah diserang, masjid-masjid dan harta benda kaum Muslimin telah dihancurkan; dan sebanyak 13.000 orang terpaksa mengungsi dari Meikhtila. Perlu diingat saudara-saudari Muslim tercinta, provinsi Mandalay berada jauh dari Arakan dan merupakan salah satu titik pusat Burma.
Saudara-saudari Muslim tercinta, ini bukanlah konflik masyarakat atau konflik sektarian antara Buddha yang mayoritas dengan Muslim yang minoritas: ini adalah rangkaian ketidakadilan, serangan keji lagi mematikan yang menargetkan harta benda dan perniagaan kaum Muslimin ini, terjadi di bawah kendali Negara.
Para pejabat negara Burma beserta warga sipil Buddha bergabung melakukan pengusiran terhadap warga Muslim (Muslim Rohingya, Muslim Kaman dan Muslim Burma) di seluruh Burma dengan taktik dan metode rahasia yang berbeda-beda; pembunuhan massal, penembakan terbuka, memperkosa para wanita, menjarah harta benda dan uang, penangkapan yang semena-mena, pembakaran rumah-rumah, membakar hidup-hidup para guru dan siswa, pembakaran terhadap Al-Qur’an yang mulia, masjid-masjid serta madrasah-madrasah melalui berbagai peristiwa rekayasa yang perlahan-lahan semakin serampangan.
Sekarang, kami ingin berbagi dengan kalian apa yang dialami oleh kaum Muslimin Burma dalam beberapa hari terakhir ini:
” Di kota Meikhtila, Divisi Mandalay, serangan dan kerusuhan anti Muslim menyebabkan kerusakan ratusan bangunan dan rumah, kendaraan dan sepeda motor, serta masjid-masjid. Orang-orang dipukuli secara brutal, diserang dengan parang dan dibakar dijalan-jalan. Diperkirakan sebanyak 50 orang meninggal akibat insiden ini.
” Pembunuhan terhadap 28 anak dan 4 guru yang diambil dari sebuah madrasah pada tanggal 21 Maret. Pasukan keamaan di daerah tersebut tidak melindungi madrasah ini, meskipun sudah ada permintaan dari organisasi-organisasi Islam di sana. Saat ini, terdapat sekitar 13.000 pengungsi di daerah tersebut, banyak dari mereka yang mencari perlindungan di kamp-kamp Meikhtila. Sementara itu, para pengungsi dibiarkan tanpa adanya jaringan komunikasi, mereka juga kehabisan makanan dan air.
Saudara-saudari Muslim tercinta, sekarang kami akan menceritakan pada kalian beberapa insiden pada episode pembantaian ini.
Insiden 1:
Di antara rumah-rumah dan bangunan yang dibakar itu, adalah Madrasah Hamayatul Islam yang merupakan Madrasah terbesar yang berada di desa Mingalar Zayyu. Para ekstrimis Buddha sepanjang malam merasa bebas untuk melakukan pembunuhan massal, menyerang kaum Muslimin dan membakar rumah-rumah mereka, dengan berdasarkan pada hukum Marshal-144, maka kaum Muslimin tidak diperbolehkan keluar sementara disitu tidak ada penghalang dari tentara dan pasukan keamanan terhadap kaum Buddha rasis. Pada pukul 3 dini hari, seorang penganut Buddha yang baik yang tinggal berdekatan dengan Madrasah memanggil dan membawa semua guru dan siswa Muslim ke rumahnya untuk menyelamatkan jiwa mereka. Kemudian pada pukul 4 dini hari Madrasah tersebut dibakar menjadi abu oleh para Buddha rasis.
Sekitar pukul 6 pagi, sekelompok ekstrimis Buddha mengepung rumah milik orang Buddha yang baiki tu yang telah menyelamatkan para siswa dan guru Muslim, dirumah itu mereka sedang tertidur dengan rasa takut dan kelelahan. Para ekstrimis meminta pemilik rumah agar mengeluarkan seluruh kaum Muslimin, sambil menodongkan panah besi, pedang, pisau, batang besi, bambu runcing dan tongkat kayu. Orang Buddha yang baik itu meminta agar mereka tidak menyerang orang-orang Muslim tersebut karena kebanyakan dari mereka hanyalah anak yatim piatu dan datang dari jauh untuk mendapatkan pendidikan agama dan bukan untuk hal lain. Para teroris Buddha itu tidak peduli, lalu kemudian membakar rumah tersebut untuk mengeluarkan seluruh guru dan siswa-siswa Muslim didalamnya.
Insiden 2 :
Ini informasi berasal dari sumber terpercaya di Matella, toko-toko Muslim dari gudang perhiasan bagian timur telah dihancurkan oleh kerumunan Buddha dan mereka mengajak para jama’at Buddha lainnya untuk memulai konflik agama. Penyebab awal kerusuhan tersebut adalah karena sengketa antara penjual dan pembeli emas.
Rincian penyebab kerusuhan : Seorang gadis Buddha datang ke toko emas milik seorang Muslim dan berselisih dengan keponakan pemilik toko tersebut, karena gadis Buddha itu berusaha menjual emas imitasi dan kemudian dia kembali ke rumahnya, tetapi gadis tersebut malah datang kembali bersama dengan penduduk desanya untuk berselisih, kemudian urusan tersebut diselesaikan dengan cepat. Tidak berapa lama kemudian, penduduk desa dari gadis tersebut menghancurkan toko emas dan toko-toko lainnya milik kaum Muslimin dan segera setelah itu polisi lokal, polisi lalu lintas dan pemadam kebakaran membubarkan kerumunan orang-orang Buddha tersebut.
Sesungguhnya dalam kejadian yang mengerikan ini, kaum rasis Buddha dipimpin oleh seorang mentor Virathu Buddha keji dari Myanmar tengah, divisi Mandalay, bersama dengan beberapa anggota NLD yang selalu menghasut Islamphobia di seluruh Burma, merekalah yang menyebabkan terjadinya kerusuhan ini.
Insiden 3 :
Pada tanggal 2 April 2013, sekitar pukul 02.45 dini hari, Madrasah Swardikiyah dibakar, dan 13 orang siswa terbakar hidup-hidup di dalamnya, di jalan no. 48 kota pelabuhan Botataung, Yangon. Tapi pemerintah dengan cepat mengumumkan bahwa kebakaran tersebut berasal dari kabel listrik yang rusak di Masjid, padahal saksi mata melihat orang-orang melempar bom bensin ke dalam gedung.
Madrasah ini tidaklah menyimpan barang-barang yang mudah terbakar seperti bensin atau pun minyak tanah. Mayat-mayat yang terbakar itu ditemukan berada di satu tempat. Salah satunya tidak terbakar sama sekali, tetapi dia juga ikut tewas, dan kelihatannya mereka sedang tertidur di kasur saat kejadian. Pihak berwewenang mengatakan bahwa kebakaran berasal dari konsleting listrik, akan tetapi orang-orang di sekitar sekolah mendengar suara benturan keras dua jam sebelum kebakaran. Mereka tidak mempedulikan dari mana datangnya suara tersebut karena mereka sedang tertidur. Mayat-mayat yang terbakar tersebut kemudian dibawa ke rumah sakit jenazah, sedangkan para siswa yang selamat ditempatkan di sebuah kamp. Ini bukanlah konsleting, melainkan kebakaran yang disengaja sebagaimana yang dikatakan oleh seorang warga dari area kebakaran tersebut.
Laporan mengenai apa yang sebenarnya terjadi di Burma tengah, kota Meikhtila, masih terus bermunculan, tetapi para pengungsi (IDPs) telah mulai berbicara keluar dan menyampaikan kepada dunia apa yang mereka saksikan dengan mata kepala mereka sendiri.
Saudara-saudari tercinta, sekarang akan kami membagi kalian kisah nyata yang berasal dari sumber terpercaya.
“Mereka memukulnya di depan saya. Saya melihatnya. Saya masih bisa melihatnya”, Noor Bi menangis saat dia menggambarkan bagaimana suami dan saudaranya dibunuh di depan matanya ketika dia melarikan diri dari Meikhtila.
Jumlah mereka melebihi jumlah polisi, sehingga polisi tidak dapat melindungi minoritas Muslim di kota itu. Wanita berusia 26 tahun ini sekarang telah menjadi janda memiliki seorang anak berumur 3 tahun.
Saat ia menceritakan kisahnya dan apa yang ia saksikan, orang-orang di sekitarnya yang berada di kamp pengungsian sementara di Madrasah Yindaw -sekitar 10 mil sebelah selatan Meikhtila- mulai menangis. Orang-orang tua terisak saat mendengar penderitaannya.
“Mereka memukul dan terus memukulnya, suami dan saudaraku masih hidup saat mereka membakarnya. Mereka dibakar hidup-hidup”, air matanya mengalir saat dia meneruskan kisahnya.
“Setelah mereka selesai, mereka menyuruh kami bersujud kepada mereka. Kami terus bersujud ke Mekah, akan tetapi mereka mulai memukul kami”. Noor menghentikan sejenak ceritanya dan nampaknya dia enggan memberitahu penderitaan dia selanjutnya.
“Polisi meminta para biksu dan orang-orang agar berhenti memukuli kami dan meyakinkan mereka bahwa kami akan bersujud kepada para biksu tersebut”. Orang-orang yang mendengarkan ceritanya dengan jelas menunjukkan rasa murka mereka atas apa yang dia gambarkan.
“Mereka membuat kami terpaksa menyembah mereka. Itulah sebabnya kenapa kami masih bisa hidup saat itu”, dia menundukkan matanya, menghindari kontak mata dengan saya atau dengan yang lainnya. Tidak ada yang menyalahkan dia; orang-orang Muslim hanya bersujud pada Allah dalam setiap sholat, tetapi ini terkait hidup dan mati, dan para pengungsi di sekitar dia, baik laki-laki maupun perempuan, muda maupun tua, dan semua Muslim, memahami hal ini lebih dari siapapun.
Para biksu yang meminta untuk disembah itu masih berusia muda. Noor Bi bahkan dipukuli ketika dia tengah menggendong anaknya yang berumur 3 tahun sehingga anaknya terjatuh. Kemudian anaknya diselamatkan oleh seorang wanita Buddha yang kemudian melindunginya dan membawanya ke tempat yang aman.
Sebanyak 15 orang wanita dinaikkan ke truk dan dibawa ke kantor polisi. Polisi meminta mereka untuk tetap tenang, sementara mereka ingin kembali lagi dan menyelamatkan yang lain.
Noor Bi tidaklah sendirian. Muhammad yang berumur 16 tahun (namanya diganti demi keselamatan) juga menyaksikan teman-temannya dibunuh di depan matanya.
Kekerasan dimulai pada tanggal 20 Maret setelah perselisihan di toko emas yang menyebabkan serangan masal ke minoritas Muslim di Meikhtila.
Muhammad dan teman-temannya bersembunyi ketika para biksu Buddha membakar asrama sekolah mereka. Keesokan harinya pada pukul 09.30 pagi, polisi tiba dengan tiga truk untuk membawa para siswa ke tempat yang aman.
Muhammad dan para siswa diminta oleh polisi untuk naik ke atas truk petugas. Tapi tersisa satu masalah; mereka harus sampai ke truk sementara kerumunan orang-orang Buddha berdiri di antara mereka dengan jalan menuju ke truk.
“Saya merasa sakit saat terakhir mengingatnya”, matanya terlihat lelah, dia bilang bahwa dia tidak bisa tidur dan bermimpi buruk malam itu. “Orang-orang Buddha menghalangi jalan kami, meski ada pengawalan polisi di sana. Kami terus mencoba berjalan, jumlah polisi tidak cukup untuk melindungi kami”, matanya penuh dengan kepedihan.
“Kami harus meletakkan kedua tangan di atas kepala kami dan menundukkan kepala seraya memberi hormat ke para biksu saat kami berjalan”, Muhammad mengangkat kedua tangannya di atas kepala dan menggabungkan kedua telapak tangannya untuk menggambarkan apa yang mereka terpaksa lakukan.”Mereka mulai menyerang kami, dan saya melihat teman-teman saya dibunuh”.
“Mereka menyeret Abu Bakr ketika dia berusaha naik truk, kemudian mulai memukulinya, dan dia masih hidup saat mereka melemparkannya ke api. Ia kembali berdiri, kemudian mereka menusuk perutnya dengan pedang, mereka memutar pedangnya padahal pedang itu masih tertancap di tubuhnya”, dia mengambil nafas dalam-dalam, kedua tangannya menegang dan saling menggenggam.
“Saya masih bisa melihat dan mendengarnya”. Keluarga Muhammad berdiri di sekitarnya mencoba memberinya dukungan, pamannya menggosokkan tangannya ke punggungnya, berusaha meringankan penderitaan anak muda ini agar bertahan. Muhammad menceritakan bahwa di antara orang-orang Buddha tersebut terdapat wajah-wajah baru; mereka memiliki rambut merah yang panjang.
Seratus orang mulai berjalan menuju truk-truk polisi. Tapi, 25 siswa dan 4 guru telah dibunuh, dipukuli, ditusuk dan dibakar hidup-hidup. Tujuh puluh satu orang berhasil selamat, akan tetapi secara mental mereka takut untuk hidup. Masih ada banyak gambar dan saksi mata lain yang menguatkan kisah ini.
Kekerasan di Meikhtila memicu kekerasan anti Muslim di seluruh Burma tengah, menyebabkan tersebarnya penghancuran rumah-rumah, masjid-masjid dan toko-toko. 
Selama musim panas tahun 2012, dunia telah menyaksikan orang-orang Rakhine mengobarkan api kebencian untuk mengusir Muslim Rohingya dari tempat mereka
Sekarang kita menyaksikan kaum radikal beraksi sekali kembali. Blokade-blokade sedang diperkuat agar Muslim Rohingya tetap berada di desa-desa mereka dan di kamp-kamp konsentrasi. Kehadiran polisi sedang dibangun dengan kuat melebihi kekuatan aslinya. Kehadiran militer ada di mana-mana sebagai tentara Thein Sein yang bersiap untuk mendukung kaum Rakhine dalam rencana pembantaian mereka yang sudah tergambar di ufuk.
Di Maungdaw, Negara bagian Arakan, Nasaka (polisi perbatasan) menyerukan agar semua warga Rohingya menghadiri kuliah umum terkait aturan baru yang akan mereka berlakukan secara paksa. Dalam pertemuan dengan para pemimpin desa dan tokoh masyarakat Rohingya ini, Nasaka memberi tuntutan yang lebih keras dibanding sebelumnya. Sekarang, Muslim Rohingya dilarang keluar rumah dari jam 10 malam sampai jam 6 pagi. Muslim Rohingya tidak diizinkan keluar tapal batas desa-desa mereka. Para petani harus meminta izin untuk meninggalkan desa ketika mereka pergi ke sawah. Mengunjungi anggota keluarga harus didokumentasikan dan dilaporkan ke penjaga Nasaka. Dan siapapun yang tertangkap melanggar peraturan tersebut akan diambil untuk di hukum pada kantor Garda Nasaka .
Yang lebih penting lagi, setiap rumah yang hancur yang tidak diberikan izin oleh Nasaka juga akan dihukum secara ekstrem oleh militer atau polisi. Penting diingat bahwa Nasaka tidak peduli bagaimana rumah tersebut hancur. Mereka hanya mencari alasan untuk digunakan saat menyerang Muslim Rohingya dan memasukkan mereka ke penjara-penjara dan rumah-rumah penyiksaan. Tidak peduli apakah rumah tersebut dihancurkan oleh Rakhine atau tidak, Muslim Rohingya-lah yang harus membayar ganti ruginya.
Penting diingat juga bahwa kehadiran polisi baru di daerah tersebut bukanlah untuk melindungi Muslim Rohingya melainkan untuk membela orang Rakhine. Karena undang-undang baru tersebut tidak berlaku untuk orang Rakhine. Maksud mereka hanya supaya Muslim Rohingya tetap berada di satu tempat di mana mereka akan mudah diserang dan dibunuh ketika orang Rakhine bergerak. Hal ini merupakan langkah terencana untuk menyiapkan daerah Maungdaw sebagai gelombang pembersihan etnis selanjutnya.
Situasi Terkini Muslim Rohingya yang tinggal di kamp pengungsi di Bangladesh
Kamp Pengungsian Rohingya di Bangladesh menjadi tempat yang menyedihkan untuk dihuni. Para pengungsi terjebak dalam situasi yang sangat sulit, setelah meninggalkan rumah-rumah mereka, kemudian mereka harus hidup di salah satu tempat yang paling miskin di dunia dengan penduduknya yang sangat padat. Mereka hidup di kamp-kamp di mana mereka tidak di izinkan untuk bekerja, memiliki sedikit pilihan, sedikit sumber daya dan sedikit harapan.
Mendapatkan akses untuk mem-photo kamp-kamp pengungsian Rohingya hampir mustahil bisa dilakukan. Pemerintah Murtad Bangladesh tidak memiliki ketertarikan agar kisah-kisah Muslim Rohingya terpublikasikan dan tidak pula memberi akses bagi para wartawan.
Puluhan ribu orang terjebak dalam keterlantaran, tidak dapat bergerak maju ataupun mundur kembali. Mereka bisa meninggal karena penyakit, kekurangan gizi, umur yang tua, kelahiran, dan saya membayangkan sebagian dari mereka meninggal karena keputus asaan. Mereka terjebakナ Dan berharap belahan Muslim di belahan dunia lain mulai memperhatikan mereka.
Disini kami menyeru kepada seluruh umat Islam di dunia, dibelahan bumi barat dan timur, untuk memberi perhatian dan pertolongan kepada saudara-saudara mereka di Burma. Sungguh kita telah menyaksikan, sebagaimana dunia ikut menyaksikan pembantaian dan pembersihan etnis Muslim di Tanah Burma, sebagaimana hal yang sama pernah terjadi di Bosnia, Kosovo dan terus terjadi di Palestina.
Kami menghimbau khususnya kepada saudara-saudara Muslim di Mesir, Tunisia dan Turki agar mereka turun ke jalan untuk menampakan dukungan dan persaudaraan dengan kaum Muslimin Burma yang tertindas.
Dan terkhusus kepada Kaum Muslimin Indonesia dan Malaysia serta Bangladesh, sesungguhnya kalian berada pada wilayah Bulan Sabit Islam, yang seharusnya menjadi benteng Islam dari arah Timur Jauh, maka jangan biarkan Islam diserang dari arah kalian, inilah saudara-saudara kalian kaum Muslimin di Burma telah memanggil kalian, inilah kesempatan kalian untuk berjihad dengan harta dan nyawa guna menolong saudara-saudara kalian di Burma. Sesungguhnya mereka kaum Muslimin di Burma, sedang hidup diatas api, tidur dengan api dan berselimutkan api, maka kewajiban kalian setelah Iman kepada Allah, adalah berjihad untuk menolong mereka.
Ya Allah Tolonglah Saudara-saudara kami Muslim Burma yang tertindas di Burma dan yang menggelandang untuk menyelamatkan Dien mereka..
Ya Allah tolonglah Saudara-saudara kami yang tertindas di Thailand, Kashmir, Srilanka, Assam, Gujarat, Palestine, Suriah dan disetiap tempat.. Tolonglah mereka dengan sebaik-baik Pertolongan-Mu ya Rabb..
Ya Allah kirimkanlah tentara-Mu para Mujahidin untuk menolong mereka..
Ya Allah tolonglah para Mujahidin di setiap tempat, satukanlah kalimat mereka dan hati mereka, angkatlah perpecahan dan perbedaan diantara mereka..
Ya Allah Yang Maha Perkasa, Hancurkanlah kaum kafir Burma, India, Srilanka, Thailand dan Nusairiy.. Binasakanlah mereka dan jangan sisakan satupun dari mereka..
Akhir seruan kami, segala puji hanya bagi Allah dan salawat serta salam bagi Nabi Muhammad serta untuk seluruh keluarga dan sahabatnya dan yang mengikuti jalannya hingga hari kiamat.


Silahkan masukkan nomor resi POS anda, kemudian klik search.



Silahkan masukkan nomor resi Tiki anda, kemudian klik search.



Silahkan masukkan nomor resi JNE anda, kemudian klik search.

Bank Muamalat
a/n SAFAAT NURHAYATUDIN
No. ISI DENGAN NO REK