Pada zaman sekarang ini, banyak orang yang terbiasa terlambat datang ke masjid untuk melaksanakan shalat, mereka tidak datang kecuali pada waktu dikumandangkan iqamah atau sesudahnya. Kebanyakan mereka tidak mendapatkan shalat berjamaah secara sempurna atau mendapatkan sebagiannya saja.
Terkadang, ketika dikumandangkan iqamah, kita lihat di beberapa masjid cuma ada empat atau lima orang. Setelah iqamah selesai, baru mereka berdatangan, sehingga kita lihat banyak shaf, padahal mereka sudah menunggu setelah adzan sekitar seperempat jam atau lebih sedikit.
Dengan keterlambatan ini, mereka kehilangan banyak kebaikan. Berikut ini beberapa kebaikan yang tidak mereka dapatkan antara lain:
Pertama: tidak berjalan dengan penuh ketenangan menuju masjid. Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu meriwayatkan, sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ اْلإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلاَةِ وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِيْنَةِ وَالْوَقَارِ
“Apabila kamu mendengar iqamah maka berjalanlah untuk mendirikan shalat dengan penuh ketenangan dan tidak tergesa-gesa.” (Muttafaq Alaih).
Kebanyakan orang tidak berjalan dengan penuh ketenangan.
Kedua: kehilangan keutamaan pergi ke masjid pada pagi dan sore hari. Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu meriwayatkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda,
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ أَوْ رَاحَ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُ فِي الْجَنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ
“Barangsiapa yang pergi pada pagi atau sore hari ke masjid, maka Allah menyediakan hidangan di surga setiap ia pergi baik pagi atau sore.” (Muttafaq Alaih).
Ketiga: tidak mendapatkan keutamaan banyak melangkah ke masjid. Firman Allah Ta’ala,
وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ
”Dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan).” (QS.Yaasiin: 12)
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
يَا بَنِي سَلِمَةَ دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ
“Wahai Bani Salamah, tetaplah di rumah kalian, bekas-bekas langkah kalian (menuju masjid) tercatat sebagai amal kalian.”(HR. Muslim)
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda,
وَكُلُّ خَطْوَةٍ يَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ
“Dan setiap langkah menuju shalat adalah sedekah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda,
أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَذَلِكُم ُالرِّبَاطُ
“Maukah kalian saya tunjukkan apa yang dapat menghapuskan dosa dan meninggikan derajat?” mereka menjawab, “Tentu kami mau wahai Rasulullah” Nabi bersabda, “Menyempurnakan wudhu dalam masa keberatan (merasa dingin), dan memperbanyak langkah ke masjid dan menantikan shalat sesudah shalat, maka inilah yang disebut Ar-Ribath”[1] (HR. Muslim)
Keempat: tidak mendapatkan istighfar para malaikat bagi orang yang menunggu shalat di masjid sebelum iqamah, karena pahalanya sama dengan orang yang shalat. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وَأَتَى الْمَسْجِدَ لاَ يُرِيْدُ إِلاَّ الصَّلاَةَ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْهُ خَطِيْئَةً حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ وَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِي صَلاَةٍ مَا كَانَتْ تَحْبِسُهُ وَتُصَلِّي يَعْنِي عَلَيْهِ الْمَلاَئِكَةُ مَا دَامَ فِي مَجْلِسِهِ الَّذِي يُصَلِّي فِيْهِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ
“Sesungguhnya jika seseorang berwudhu, lalu menyempurnakan wudhunya, lalu datang ke masjid, tidak ada yang ia inginkan kecuali shalat. Maka tidaklah ia melangkahkan kaki selangkah melainkan Allah mengangkatnya satu derajat dan dihapus satu dosa darinya sampai ia masuk ke masjid. Dan apabila ia masuk ke masjid, maka ia dianggap dalam shalat selama shalat menahannya, dan para malaikat mendoakannya selama ia berada di tempat duduknya. Para malaikat berdoa, ’Ya Allah, am
Terkadang, ketika dikumandangkan iqamah, kita lihat di beberapa masjid cuma ada empat atau lima orang. Setelah iqamah selesai, baru mereka berdatangan, sehingga kita lihat banyak shaf, padahal mereka sudah menunggu setelah adzan sekitar seperempat jam atau lebih sedikit.
Dengan keterlambatan ini, mereka kehilangan banyak kebaikan. Berikut ini beberapa kebaikan yang tidak mereka dapatkan antara lain:
Pertama: tidak berjalan dengan penuh ketenangan menuju masjid. Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu meriwayatkan, sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ اْلإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلاَةِ وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِيْنَةِ وَالْوَقَارِ
“Apabila kamu mendengar iqamah maka berjalanlah untuk mendirikan shalat dengan penuh ketenangan dan tidak tergesa-gesa.” (Muttafaq Alaih).
Kebanyakan orang tidak berjalan dengan penuh ketenangan.
Kedua: kehilangan keutamaan pergi ke masjid pada pagi dan sore hari. Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu meriwayatkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda,
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ أَوْ رَاحَ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُ فِي الْجَنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ
“Barangsiapa yang pergi pada pagi atau sore hari ke masjid, maka Allah menyediakan hidangan di surga setiap ia pergi baik pagi atau sore.” (Muttafaq Alaih).
Ketiga: tidak mendapatkan keutamaan banyak melangkah ke masjid. Firman Allah Ta’ala,
وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ
”Dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan).” (QS.Yaasiin: 12)
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
يَا بَنِي سَلِمَةَ دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ
“Wahai Bani Salamah, tetaplah di rumah kalian, bekas-bekas langkah kalian (menuju masjid) tercatat sebagai amal kalian.”(HR. Muslim)
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda,
وَكُلُّ خَطْوَةٍ يَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ
“Dan setiap langkah menuju shalat adalah sedekah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda,
أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَذَلِكُم ُالرِّبَاطُ
“Maukah kalian saya tunjukkan apa yang dapat menghapuskan dosa dan meninggikan derajat?” mereka menjawab, “Tentu kami mau wahai Rasulullah” Nabi bersabda, “Menyempurnakan wudhu dalam masa keberatan (merasa dingin), dan memperbanyak langkah ke masjid dan menantikan shalat sesudah shalat, maka inilah yang disebut Ar-Ribath”[1] (HR. Muslim)
Keempat: tidak mendapatkan istighfar para malaikat bagi orang yang menunggu shalat di masjid sebelum iqamah, karena pahalanya sama dengan orang yang shalat. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وَأَتَى الْمَسْجِدَ لاَ يُرِيْدُ إِلاَّ الصَّلاَةَ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْهُ خَطِيْئَةً حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ وَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِي صَلاَةٍ مَا كَانَتْ تَحْبِسُهُ وَتُصَلِّي يَعْنِي عَلَيْهِ الْمَلاَئِكَةُ مَا دَامَ فِي مَجْلِسِهِ الَّذِي يُصَلِّي فِيْهِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ
“Sesungguhnya jika seseorang berwudhu, lalu menyempurnakan wudhunya, lalu datang ke masjid, tidak ada yang ia inginkan kecuali shalat. Maka tidaklah ia melangkahkan kaki selangkah melainkan Allah mengangkatnya satu derajat dan dihapus satu dosa darinya sampai ia masuk ke masjid. Dan apabila ia masuk ke masjid, maka ia dianggap dalam shalat selama shalat menahannya, dan para malaikat mendoakannya selama ia berada di tempat duduknya. Para malaikat berdoa, ’Ya Allah, am
punilah ia, Ya Allah, kasihanilah ia.’” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Di dalam satu riwayat disebutkan,
لاَ يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلاَةٍ مَا دَامَتِ الصَّلاَةُ تَحْبِسُهُ لاَ يَمْنَعُهُ أَنْ يَنْقَلِبَ إِلَى أَهْلِهِ إِلاَّ الصَّلاَةُ
“Salah seorang di antara kamu tetap dianggap dalam shalat selama shalat menahannya, tidak ada yang menahannya dari kembali ke keluarganya kecuali shalat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Kelima: Kehilangan keutamaan shaf pertama. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ اْلأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوْا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي التَّهْجِيْرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ
“Seandainya orang-orang mengetahui besarnya pahala mendatangi adzan dan shaf pertama, kemudian seumpama untuk mendapatkan itu mereka harus mengundi, tentu akan mereka akan mengundinya. Seandainya mereka mengetahui keutamaan datang lebih awal niscaya mereka akan berlomba-lomba untuk mendapatkannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Keenam: tidak mendapatkan keutamaan takbiratul ihram yang merupakan takbir paling utama. Al-Bazzar meriwayatkan dalam Al-Kasyf nomor 521 dari Abu Ad-Darda
Dan dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
رَحِمَ اللهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا
“Allah menyayangi orang yang shalat empat rakaat sebelum Ashar.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dengan sanad bagus).
Kedelapan: kehilangan waktu dikabulkannya doa, yaitu waktu antara adzan dan iqamah. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ
“Doa tidak ditolak antara adzan dan iqamah.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Kesembilan: tertinggal dalam menjawab adzan yang dikumandangkan oleh muadzin serta doa setelah adzan. Mengikuti muadzin dalam menjawab adzan dengan penuh keikhlasan dapat menjadi penyebab masuk surga, sebagaimana diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu Anhuma, sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
قَالَ مَنْ قَالَ حِيْنَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِيْ وَعَدْتَهُ حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang membaca sesudah mendengar adzan, ‘Ya Allah, Tuhan yang menguasai seruan yang sempurna ini, dan shalat yang akan dite
Di dalam satu riwayat disebutkan,
لاَ يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلاَةٍ مَا دَامَتِ الصَّلاَةُ تَحْبِسُهُ لاَ يَمْنَعُهُ أَنْ يَنْقَلِبَ إِلَى أَهْلِهِ إِلاَّ الصَّلاَةُ
“Salah seorang di antara kamu tetap dianggap dalam shalat selama shalat menahannya, tidak ada yang menahannya dari kembali ke keluarganya kecuali shalat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Kelima: Kehilangan keutamaan shaf pertama. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ اْلأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوْا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي التَّهْجِيْرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ
“Seandainya orang-orang mengetahui besarnya pahala mendatangi adzan dan shaf pertama, kemudian seumpama untuk mendapatkan itu mereka harus mengundi, tentu akan mereka akan mengundinya. Seandainya mereka mengetahui keutamaan datang lebih awal niscaya mereka akan berlomba-lomba untuk mendapatkannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Keenam: tidak mendapatkan keutamaan takbiratul ihram yang merupakan takbir paling utama. Al-Bazzar meriwayatkan dalam Al-Kasyf nomor 521 dari Abu Ad-Darda
ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ أُنْفَةٌ وَ إِنَّ أُنْفَةَ الصَّلاَةِ التَّكْبِيْرَةُ اْلأُوْلَى فَحَافِظُوْا عَلَيْهَا
“Sesungguhnya bagi tiap-tiap sesuatu itu ada permulaannya dan sesungguhnya permulaan shalat adalah takbir yang pertama (takbiratul ihram), maka peliharalah ia (berusahalah untuk mendapatkannya).”
Dia juga meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
لِكُلِّ شَيْءٍ صَفْوَةٌ وَصَفْوَةُ الصَّلاَةِ التَّكْبِيْرَةُ اْلأُوْلَى
“Untuk tiap-tiap sesuatu ada yang terpilih dan yang terpilih dari shalat adalah takbir yang pertama (takbiratul ihram).”
Ketujuh: kehilangan shalat sunah rawatib qabliyah, seperti qabliyah subuh. Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Dua rakaat shalat sunah sebelum subuh lebih baik dari dunia seisinya.” (HR. Muslim)
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda,
لاَ تَدَعُوْهُمَا وَإِنْ طَرَدَتْكُمُ الْخَيْلُ
“Jangan kamu meninggalkan untuk mengerjakannya meskipun kuda mengusirmu.” (HR. Abu Dawud)
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam shalat dua rakaat sebelum Zhuhur dan terkadang empat rakaat, sebagaimana yang diriwayatkan dari Ummu Habibah Radhiyallahu Anha bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى قَبْلَ الظُّهْرِ أَرْبَعًا وَبَعْدَهَا أَرْبَعًا حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ
“Barangsiapa shalat empat rakaat sebelum Zhuhur dan empat rakaat sesudahnya, maka Allah mengharamkannya dari neraka.”(HR. At-Tirmidzi, An-Nasa
i dan Ibnu Majah)Dan dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
رَحِمَ اللهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا
“Allah menyayangi orang yang shalat empat rakaat sebelum Ashar.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dengan sanad bagus).
Kedelapan: kehilangan waktu dikabulkannya doa, yaitu waktu antara adzan dan iqamah. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ
“Doa tidak ditolak antara adzan dan iqamah.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Kesembilan: tertinggal dalam menjawab adzan yang dikumandangkan oleh muadzin serta doa setelah adzan. Mengikuti muadzin dalam menjawab adzan dengan penuh keikhlasan dapat menjadi penyebab masuk surga, sebagaimana diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu Anhuma, sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
قَالَ مَنْ قَالَ حِيْنَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِيْ وَعَدْتَهُ حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang membaca sesudah mendengar adzan, ‘Ya Allah, Tuhan yang menguasai seruan yang sempurna ini, dan shalat yang akan dite
gakkan, berilah pada Muhammad wasilah dan keutamaan, dan bangkitkanlah ia pada tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya.’ Maka orang itu pasti akan mendapat syafaatku pada hari kiamat.”(HR. Al-Bukhari)
Kesepuluh: tidak mendapatkan kesempatan untuk membaca dzikir, doa dan membaca beberapa ayat dari Al-Qur
Dengan demikian, akan menjadikannya lebih siap untuk melaksanakan shalat sehingga dapat khusyu’ dalam shalatnya.
Hal ini tentu berbeda keadaannya dengan orang yang terlambat datang. Ketika shalat hatinya sibuk dengan masalah-masalah keduniaan, sehingga ia dalam keadaan tidak siap untuk shalat sehingga hatinya pun tidak hadir dalam shalatnya.
Tidak bisa dipungkiri, orang-orang yang terlambat datang sampai mereka mendengar iqamah, kebanyakan mereka tidak mempunyai kesibukan yang berarti selain sibuk dengan mengobrol, main-main, menonton film, duduk-duduk tanpa pekerjaan dan lain sebagainya, yang kesemuanya hanya buang-buang waktu atau melakukan kemaksiatan.
Jika seseorang membiasakan dirinya untuk datang ke masjid lebih awal, niscaya masalah datang lebih awal ke masjid akan menjadi sesuatu yang mudah dan disukai oleh dirinya. Duduk di masjid terasa lebih lezat baginya dari pada bersama istri dan anaknya.
Maka dari itu, marilah kita berusaha agar dapat datang ke masjid lebih awal, supaya kita tidak masuk dalam golongan orang-orang yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,
لاَ يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُوْنَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمُ اللهُ
“Tidak henti-hentinya orang-orang terlambat (datang ke masjid) sampai Allah mengakhirkan mereka (mendapatkan rahmat-Nya)” (HR. Muslim).
Sekian Sahabat Rumah Kurma Mengenai Keutamaan Pentingnya Datang ke Masjid Lebih Awal. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang giat beribadah dan datang ke masjid lebih awal guna mengikuti shalat berjamaah. Amiin.
Sumber www.rumahkurmasahar.com
Kesepuluh: tidak mendapatkan kesempatan untuk membaca dzikir, doa dan membaca beberapa ayat dari Al-Qur
an. Orang yang lebih awal datang ke masjid pada waktu sebelum adzan atau sesudahnya, ia akan berada di masjid sekitar satu jam.
Dalam rentang waktu itu, ia dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan bermacam-macam ibadah seperti dzikir, doa, membaca Al-Qur
an dan mendengarkannya, merenungi nikmat-nikmat Allah, menyendiri dengan dzikir dan bermunajat kepada-Nya, melupakan dunia dengan segala permasalahannya.Dengan demikian, akan menjadikannya lebih siap untuk melaksanakan shalat sehingga dapat khusyu’ dalam shalatnya.
Hal ini tentu berbeda keadaannya dengan orang yang terlambat datang. Ketika shalat hatinya sibuk dengan masalah-masalah keduniaan, sehingga ia dalam keadaan tidak siap untuk shalat sehingga hatinya pun tidak hadir dalam shalatnya.
Tidak bisa dipungkiri, orang-orang yang terlambat datang sampai mereka mendengar iqamah, kebanyakan mereka tidak mempunyai kesibukan yang berarti selain sibuk dengan mengobrol, main-main, menonton film, duduk-duduk tanpa pekerjaan dan lain sebagainya, yang kesemuanya hanya buang-buang waktu atau melakukan kemaksiatan.
Jika seseorang membiasakan dirinya untuk datang ke masjid lebih awal, niscaya masalah datang lebih awal ke masjid akan menjadi sesuatu yang mudah dan disukai oleh dirinya. Duduk di masjid terasa lebih lezat baginya dari pada bersama istri dan anaknya.
Maka dari itu, marilah kita berusaha agar dapat datang ke masjid lebih awal, supaya kita tidak masuk dalam golongan orang-orang yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,
لاَ يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُوْنَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمُ اللهُ
“Tidak henti-hentinya orang-orang terlambat (datang ke masjid) sampai Allah mengakhirkan mereka (mendapatkan rahmat-Nya)” (HR. Muslim).
Sekian Sahabat Rumah Kurma Mengenai Keutamaan Pentingnya Datang ke Masjid Lebih Awal. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang giat beribadah dan datang ke masjid lebih awal guna mengikuti shalat berjamaah. Amiin.
Sumber www.rumahkurmasahar.com